Sabtu, 11 Agustus 2007

KEMANDIRIAN ANTARA REMAJA YANG IBUNYA BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

Triantoro Safaria, S Psi. Psi. MSi.
Arni Cahyani Nur, S Psi.
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta


Abstrak

Mandiri atau sering disebut juga berdiri di atas kaki sendiri, merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. kemandirian harus ada dalam diri setiap individu yang dewasa, hal ini terkait dengan kepentingan setiap individu dalam mengarungi kehidupannya dan bagaimana seseorang akan berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Penelitian ini dilakukan paada 76 siswa SMP N 2 Depok Sleman Yogyakarta angkatan 2007/2008, penelitian ini menggunakan skala kemandirian. Data yang diperoleh dianalisa dengan mengunakan teknik analisis uji- t , yaitu merupakan suatu teknik statistik yang berfungsi untuk menguji signifikansi perbedaan rerata antara pasangan kelompok atau perbedaan rerata amatan ulang.t=0,538 dengan p=0,592. karena p>0,05 maka hasilnya tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan kemandirian siswa yang ibunya bekerja dan tidak bekerja di SMP N 2 Depok, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak.


LATAR BELAKANG MASALAH

Mandiri atau sering disebut juga berdiri di atas kaki sendiri, merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Secara umum kemandirian bisa dilihat dari tingkah laku seperti berusaha memenuhi kebutuhan sendiri namun, kemandirian tidak selalu berbentuk fisik yang ditampilkan dalam tingkah laku. Kemandirian juga dapat dilihat dari cara berfikirnya bagaimana seseorang dalam memecahkan suatu masalahnya, apakah seseorang tersebut apat bertanggung jawab atas yang telah dilakukannya, selain itu kemandirian dapat dilihat dari cara penyesuaian dirinya terhadap tuntutan norma dalam masyarakat.
Namun pada kenyataanya tidak semua siswa menyadari dan memiliki kemandirian tersebut. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh siswa di SMP N 2 Depok Sleman pada tanggal 12 Juli 2006. Didapatkan informasi, siswa dapat menentukan arah tindakannya, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri saat tidak ada yang membantu, serta memiliki keinginan bersaing dengan orang lain secara sehat, namun tak sedikit juga yang merasa kurang percaya diri, merasa membutuhkan bantuan dan kurang berani untuk tampil . Hal tersebut menunjukan ketidak mandirian dan peneliti berasumsi bahwa yang menyebabkan tidak berkembangnya kemandirian disebabkan cara pengasuhan ibu yang tidak bekerja. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Lozoff (Dowling,1995) yang menyatakan bahwa anak dengan ibu yang berorientasi karier cenderung mengembangkan berbagai bakat dan minat sejak awal kehidupan mereka.
Kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis yang lain, dapat berkembang jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa tugas tanpa bantuan, dan tugas tersebut disesuaikan dengan usia serta kemampuan anak (Mu`tadin, 2002). Namun fakta yang ada menunjukan tidak semua orang tua mempercayakan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Saat anak memasuki masa remaja, mereka memasuki tahap persiapan, dimana potensi pemisahan mereka dari peraturan orang tua mulai berkembang. Saat remaja mencapai kemandirian mereka mempunyai perasaan aman, hal ini mendorong remaja untuk bereksplorasi dan memusatkan tenaga pada tugas serta pemecahan masalah, daripada memikirkan diri sendiri (Ausebel dalam Santrock, 2003).
Ketidak mandirian akan membawa dampak yang negatif bagi anak hal tersebut sepertiyang diungkapkan guru bimbingan konseling di SMP N 2 Depok pada tanggal 30 januari 2007 yang mengatakan kemandirian tiap anak berbeda–beda antara satu dengan yang lainnya, kemungkinan yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah cara pengasuhan orang tua, dimana cara pengasuhan anak dengan ibu bekerja berbeda dengan anak yang ibunya bekerja. Menurut guru BK siswa dengan ibu yang bekerja memiliki kemandirian yang lebih menonjol dibanding siswa yang ibunya tidak bekerja, hal tersebut dapat dilihat dari aktifnya siswa dalam kegiatan organisasi sekolah, keberanian siswa dalam menyatakan pendapatnya ketika di kelas dan tingginya inisiatif siswa. hal tersebut berbeda dengan siswa yang ibunya tidak bekerja, mereka lebih malu-malu dalam menyatakan pendapatnya dan kurang berinisiatif ketika dalam suatu kelompok bersama temannya.
Melihat pentingnya kemandirian bagi pengembangan sumber daya manusia dan remaja sebagai generasi penerus maka penelitian ini merumuskan permasalahan yaitu: “Apakah ada perbedaan kemandirian antara remaja yang ibunya bekerja dan tidak bekerja”.


TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan kemandirian antara siswa yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja di SMP N 2 Depok Sleman Yogyakarta.
SUBJEK
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas satu dan dua SMP N 2 Depok Sleman Yogyakarta. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Jumlah subjek penelitian sebanyak 76 siswa dan untuk uji coba sebanyak 76 siswa.


PENGAMBILAN DATA

Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel kemandirian berupa skala kemandirian yang disusun peneliti berdasarkan ciri-ciri yang diungkapkan oleh Lukman (2000). Jumlah aitem sebelum diuji cobakan berjumlah 60 aitem, terdiri dari empat alternatif jawaban. Analisis data uji coba menghasilkan 32 aitem sahih dan 28 aitem gugur, dengan indeks korelasi aitem dan total bergerak dari 0,2603 - 0,6484 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,8818

ANALISIS DATA

Keseluruhan data akan dianalisis dengan bantuan metode komputasi statistik mengunakan program SPSS for Windows Release 10. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data yang telah di kumpulkan. Tujuan dilakukan uji asumsi adalah agar keputusan yang diambil berdasarkan hasil analisis, valid dan reliabel (Hadi, 2000).

1. Hasil uji normalitas sebaran variabel skala kemandirian siswa diperoleh
K-S Z=0,553 dengan p=0,920 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel skala kemandirian mempunyai sebaran normal.

2. Uji homogenitas

Hasil uji homogenitas tes kemandirian siswa diperoleh p=0.804) hal tersebut menunjukkan bahwa variansi skor kemandirian siswa antara kelompok subjek homogen karena p>0,05.

3. Uji Hipotesis

Hasil perhitungan statistik mendapatkan hasil t=0,538 dengan p=0,592 karena p>0,05 maka hasilnya tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan kemandirian siswa yang ibunya bekerja dan tidak bekerja di SMP N 2 Depok.


PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan statistik perbedaan status pekerjaan ibu terhadap kemandirian anak, dilihat dari dari faktor kemandirian hasil perhitungan statistik mendapatkan hasil t=0,538 dengan p=0,592 karena p>0,05 maka hasilnya tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan kemandirian siswa yang ibunya bekerja dan tidak bekerja di SMP N 2 Depok, dengan demikian hipotesis yang diajukan ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemandirian siswa yang ibunya bekerja dan tidak bekerja di SMP N 2 Depok Yogyakrta. Tidak adanya perbedaan kemandirian antara siswa yang ibunya yang bekerja dan tidak bekerja, hal ini terjadi karena ada dua kemungkinan, yaitu kemungkinan pertama siswa dengan ibu yang bekerja dan siswa yang memiliki ibu yang tidak bekerja tidak berkembang kemandiriannya dengan baik dikarenakan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Mu`tadin (2002) menyatakan bahwa kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis lain, dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Jadi kemungkinan tidak terbuktinya hipotesis dalam penelitian ini bukan dipengaruhi oleh status pekerjaan ibunya baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Tetapi kemungkinan dikarenakan perlakuan ibu sebagai orang tua terhadap anak, apakah ibu memberikan latihan serta kesempatan kepada anak. Kemungkinan meskipun dengan ibu bekerja namun kurang memberikan latihan dan kesempatan pada anaknya, mungkin di rumahnya memiliki pembantu atau angota keluarga lain misalnya neneknya yang memanjakan anak sehingga kemandirian tersebut tidak dapat berkembang dengan baik.
Anak dengan ibu yang tidak bekerja tidak dapat diasumsikan mendapat keuntungan waktu yang diluangkan untuk mengurus rumah tangga dan keluarga. Ibu yang tidak bekerja mungkin akan berlebihan didalam mencurahkan seluruh energinya kepada anaknya, yang mendorong munculnya kekhawatiran berlebihan dan menghambat kemandirian anak (Santrock, 2002). Sehingga hal tersebut membuat anak juga tidak dapat mengembangkan kemandiriannya dengan baik, dikarenakan banyaknya aturan-aturan dan batasan yang di berikan ibu kepada anak.
Kemungkinan kedua dengan tidak adanya perbedaan kemandirian siswa tersebut dikarenakan siswa yang memiliki ibu yang bekerja maupun tidak bekerja, sama-sama berkembang kemandiriannya dengan baik. Berkembangnya informasi baik melalui media elektronik maupun cetak, yang banyak memuat hasil penelitian ataupun mengenai informasi-informasi yang berkenaan dengan cara mengasuh anak dengan baik akan dapat menambah pengetahua dan wawasan yang dimiliki ibu baik ibu yang bekerja atau ibu yang tidak bekerja. Sehingga dalam mendidik anaknya orang tua khususnya ibu dapat menerapkan hasil informasi yang diperoleh melalui latihan-latihan serta ibu dapat memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mencoba, dan dengan begitu diharapkan anak dapat berkembang kemandiriannya dengan baik, walaupun memiliki ibu yang bekerja atau tidak bekerja.


Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemandirian antara siswa yang ibunya bekerja dan siswa yang ibunya tidak bekerja.

Saran

Untuk peneliti selanjutnya, jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan memperhatikan ketepatan dalam pengambilan subjek penelitian, dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kemandirian siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : P.T. Bumi Aksara.

Basri, H. 1996. Remaja Berkualitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dowling, C. 1995. Tantangan Wanita Modern. Penerjemah : Santi, W.E. Jakarta : Erlangga.

Erza. 2003. Hubungan Antara Minat Mengikuti Kegiatan dan Kemandirian Pada Anggota Madapala. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Hadi, S. 2000. Statistika jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset

Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Lukman, M. 2000. Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Islam Ditinjau Dari Konsep Diridan Kompetisi Interpersonal. Jurnal Psikologika. Volume V. Halaman 57-74.

Mosse, J.C. 2002. Gender Pembangunan. Penerjemah : Hartian Silawati. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Musdalifah. 2005. Perempuan. Jakarta : Arina Publishing.

Mu`tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja. WWW. e-Psikologi. Com. 31 Maret 2006.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development. Penerjemah : Shinto B. Adelar. Jakarta : Erlangga.

Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi ke enam. Penerjemah : Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakrta : Erlangga.

Tidak ada komentar: