Selasa, 07 Agustus 2007

Impact of Event Scale

Impact of Event Scale (IES) : Skala Pengukuran PTSD

Triantoro Safaria, S Psi. Psi. Msi.
Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Abstrak

Sebelum terapi diberikan pada klien, terlebih dahulu terapis perlu melakukan asesmen. Salah satu tujuannya adalah untuk lebih memahami kondisi dari klien, sehingga dapat ditetapkan penangganan yang tepat sesuai dengan kondisi klien tersebut. Proses terapi yang dilakukan secara serampanganan seringkali justru menimbulkan dampak yang negatif bagi klien.
Untuk itu dibutuhkan alat asesmen yang praktis, tidak menyita waktu, dan mudah dilaksanakan. Impact of event scale (IES) adalah sebuah skala untuk mengukur distres subyektif setelah individu mengalami peristiwa yang traumatis. Bisa juga dikatakan IES bertujuan untuk mengukur tingkat post-traumatic stress disorder yang dialami individu.
IES berisi pernyataan yang harus dipilih oleh klien berdasarkan tingkat frekuensinya. Jadi IES merupakan skala bertipe self-report. IES diciptakan oleh Horowits, Wilner dan Alvarez (1979) dan sudah diujicobakan untuk mencari reliabilitas dan validitasnya. IES berisi 15 item yang mengevaluasi pengalaman subkategori dari PTSD yaitu avoidance dan intrusion. Reliabilitas alpha dari intrusion = 0.79 dan avoidance = 0.86. IES juga menunjukkan kemampuannya dalam membedakan antara kelompok yang mengalami trauma dengan kelompok yang tidak mengalami trauma (Brier, 1997).

A. PENDAHULUAN

Pada dekade belakangan ini tindak kekerasan di masyarakat meningkat dengan pesat. Konflik di Poso yang belum juga mereda, sampai kekerasan di dalam rumah tangga. Pada tahun 2005, Komnas Perlindungan Anak mencatat terjadinya 688 kasus kekerasan pada anak, 381 meliputi kekerasan fisik dan psikologis, sedangkan 80 % pelaku kekerasan adalah ibu kandung korban. Laporan yang dibuat oleh Yayasan Anak Indonesia melalui Center for Tourism Research & Developmnet Universitas Gadjah Mada tentang child abuse yang terjadi sepanjang tahun 1992-2002 di 7 kota besar yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang, ditemukan bahwa ada 3.969 kasus, dengan rincian seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Kekerasan Selama Tahun 1992-2002
di Kota Besar Indonesia

No Jenis Kekerasan Persentase
1 Emotional Abuse 6.3 %
2 Child neglected 8.3 %
3 Physical abuse 19.6 %
4 Sexual abuse 65.8 %

Potret buram kekerasan ini menjadi keadaan yang memilukan bagi bangsa Indonesia. Korban atau survivor yang mengalami tindakan kekerasan akan mengalami trauma psikis yang jika berkelanjutan akan mengalami gangguan Post-Traumatic Stress Disorder . Jika survivor tidak mendapatkan penanganan psikologis yang adekuat, maka gangguan PTSD ini akan menghambat keberfungsian klien secara optimal dalam kehidupan sehari-harinya.
Untuk itu perlu adanya tindakan prevensi atas terus meningkatnya kekerasan di berbagai sektor kehidupan. Selain tindakan prevensi perlu juga diusahakan tindakan penanganan psikologis untuk korban kekerasan (survivor). Tindakan penanganan psikologis ini membutuhkan proses asesmen untuk memahami dampak negatif dari kejadian traumatis yang dialami klien. Salah satu yang penulis review dalam makalah ini adalah Impact of event scale (IES) yang dibuat oleh Horowits, Wilner dan Alvarez (1979) sebagai pioner penciptaan asesemen untuk PTSD.

PEMBAHASAN


Impact of event scale (IES) yang dibuat oleh Horowits, Wilner dan Alvarez (1979) untuk mengukur distres subyektif saat ini yang berhubungan dengan persitiwa traumatis. Horowitz mengobservasi respon yang umumnya dilaporkan oleh klien tentang pengalaman traumanya masuk dalam dua kategori besar yaitu intrusion dan avoidance. Skala IES ini merupakan satu dari alat yang mengukur gangguan PTSD. IES merupakan skala yang berbentuk self-report yang mudah diadministrasikan dan efisien. Skala ini bisa digunakan untuk pengukuran berulang dalam rentang periode waktu tertentu. Skala IES ini juga sensitif dalam mengukur perubahan yang terjadi pada klien setelah mengikuti terapi dan bisa juga digunakan untuk memonitor perkembangan klien selama terapi.
IES berisi 15 aitem, 7 aitem mengukur symptom intrusive dan 8 aitem mengukur symptom avoidance. Semua aitem IES dihubungkan dengan situasi yang spesifik. Responden diminta untuk mengukur aitem pada empat pilihan jawaban yang berkaitan dengan seberapa sering setiap pernyataan dialami selama tujuh hari yang lalu. Pilihan jawaban tersebut tidak sama sekali skor = 0, jarang skornya = 1, kadang-kadang skornya = 3, dan sering skornya = 5.

Reliabilitas alat ukur


Corcoran & Fisher (1994) menemukan bahwa subskala IES memiliki konsistensi internal yang sangat baik berdasar dua kelompok terpisah yang berbeda. Koefisien korelasi aitem berkisar antara 0.79 sampai 0.92, dengan rata-rata 0.86 untuk subskala intrusive dan 0.90 untuk subskala avoidance.
Penelitian yang dilakukan Horowitz (1979) dari data 66 subyek menghasilkan mean skor total 15 aitemnya sebesar 39.5 (SD= 17.2, jarak 0-69). Mean subskala intrusive sebesar 21.4 (SD =9.6, jarak 0-35). Mean subskala avoidance sebesar 18.2 (SD = 10.8, jarak 0-38).
Reliabilitas belah-dua (split-haft) Cronbach alpha dari skala IES ini memiliki skor yang tinggi sebesar r = 0.86. Konsistensi internal dari subskalanya intrusion dan avoidance juga memiliki skor yang cukup tinggi sebesar 0.78 intrusion dan 0.82 untuk subskala avoidance.
Reliabilitas tes-ulang (test-retest) dari skala IES ini menghasilkan skor sebesar 0.87 untuk seluruh aitem. Sedangkan perhitungan reliabilitas subskala IES menghasilkan 0.89 untuk intrusion dan 0.79 untuk subskala avoidance.

Validitas Kriteria


Penelitian Corcoran & Fischer (1994) menunjukkan IES sensitif dalam mengukur perubahan yang terjadi pada klien, dan bisa diandalkan. Khususnya yang berkaitan dengan symptom PTSD. Signifikansi ditunjukkan dengan perubahan skor klien setelah menjalani terapi. Horowitz et al (1994) juga menemukan bahwa IES ini efektif dalam membedakan antara individu yang mengalami trauma dengan individu biasa. Perbedaan anatar dua kelompok tersebut sangat singnifikan dengan F = 212.1, p ,0.0001 untuk subskala intrusion; dan F = 73.0, p< f =" 170.8," skornya =" 0," jarang =" 1," kadang =" 3" sering =" 5." 8 =" Kategori" 25 =" Kategori" 43 =" Kategori"> = Kategori berat

Norma : Data untuk membuat norma diambil oleh Corcoran & Fischer (1994) yang berasal dari dua sampel. Sampel satu berasal dari 35 subyek yang mengikuti proses terapi akibat kematian orang tuanya yang menimbulkan trauma. Sampel kedua diambil dari 37 subyek dewasa sukarela yang baru saja mengalami kematian orang tuanya, tetapi tidak mengikuti sesi terapi apapun.

KESIMPULAN

Skala Impact of Event ini perlu diuji-coba kembali jika ingin diterapkan dan diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Corcoran, K & Fischer, J. 1994. Measures for Clinical Practice : A sourcebook. 3rd Ed. Vol 2 Adults. New York : The Free Press

Briere, J. 1997. Psychological assesment of adult posttraumatic states. Washington, D.C. : American Psychological Association.

Horowitz, M. Wilmer, M. & Alvarez, W. 1979. Impact of event Scale : A Measure of subjective stress. Psychosomatic Medicine. 14, 209-218.

Weiss, D & Marmar, C. 1997. The Impact of Events scale-revised. In J. Wilson & T. Keane (Eds). Assessing psychological trauma and PTSD. New York : Guildford.

LAMPIRAN

Skala IES terjemahan
Petunjuk :

Di bawah ini terdapat beberapa pengalaman yang dialami seseorang setelah mengalami peristiwa traumatis hidupnya. Coba Anda indikasikan seberapa sering pengalaman ini Anda alami sepanjang TUJUH HARI YANG LALU setelah Anda mengalami kejadian traumatis tersebut.

No Pernyataan-pernyataan (Tidak sama sekali Jarang Kadang-kadang Sering)
1 Saya berpikir tentang kejadian ...... ketika sebenarnya saya tidak ingin
memikirkannya.
2 Saya mencoba menghindari diri saya untuk menjadi sedih ketika saya
berpikir tentang ......... (pengalaman traumatis) atau teringat tentang .....
3 Saya mencoba untuk menghilangan .....(pengalaman traumatis) tersebut dari ingatan
saya.
4 Saya memiliki kesulitan untuk tidur atau tetap tidur karena pikiran atau gambaran
tentang ....... memasuki pikiran saya.
5 Saya merasakan gejolak perasaan yang kuat tentang .........
6 Saya bermimpi tentang .......
7 Saya berusaha menghindari hal-hal yang mengingatkan saya akan .......
8 Saya merasa seolah-olah kejadian ..... tidak terjadi atau tidak nyata.
9 Saya mencoba untuk tidak membicarakan kejadian ......
10 Gambaran
kejadian ......... bermunculan dalam pikiran saya.
11 Hal-hal lain tetap membuat saya berpikir tentang kejadian ......
12 Saya menyadari, bahwa saya masih memiliki perasaan tertekan yang bergejolak
tentang kejadian ....., tetapi saya tidak dapat menerimanya dengan lega.
13 Saya mencoba untuk tidak memikirkan kejadian ......
14 Hal-hal/benda yang berhubungan dengan kejadian itu, memunculkan kembali gejolak
perasaan tentang ........
15 Perasaan saya tentang kejadian itu seperti mati rasa.

The Impact of Event Scale

Below is a list of comments made by people after stressful life events. Using the following scale, lease indicate (with a ) how frequently each of these comments were true for you DURING THE PAST SEVEN DAYS

No Comments (Not at all, rarely, sometimes, often)
1 I thought about it when I didn’t mean to
2 I avoided letting myself get upset when I thought about it or was reminded of it
3 I tried to remove it from memory
4 I had trouble falling asleep or staying asleep because of pictures or thougts
about it that came into my mind
5 I had waves of strong feelings about it
6 I had dreams about it
7 I stayed away from reminders of it
8 I felt as if it hadn’t happened or wasn’t real
9 I tried not to talk about it
10 Pictures about it popped up into my mind
11 Other things kept making me think about it
12 I was aware that i still had alot of feelings about it, but I didn’t deal with
them
13 I tried not to think about it
14 Any reminder brouht back feelings about it
15 My feelings about it were kind of numb

1 komentar:

endah wulandari mengatakan...

aslm.. pak IES ini apa bisa untuk mengukur seseorang tsbt mengalami PTSD atau enggak.. makasih sebelumnya..